Kita selalu merancang perjalanan menuju ke satu destinasi dengan baik. Adakalanya perancangan dibuat beberapa bulan lebih awal sebelum tiba waktunya. Bercuti bersama keluarga misalnya, pasti segala kelengkapan dan keperluan diperiksa bagi mengelakkan berlakunya sebarang masalah. Bagasi dikemas, kenderaan diselenggara, dan pelbagai lagi. Namun, pernahkah terdetik di hati kita untuk merancang kematian? Iya, kematian!
Bagaimana nak merancang kematian sedangkan kita sendiri tak tahu bila kita akan mati. Beruntunglak mereka yang mampu mengetahui waktu sebenar kematian mereka. Tapi, mana mungkin kan. Rezeki itu misteri tetapi kematian itu pasti.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..." (Ali 'Imrân [3] : 185)
"Katakanlah 'sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu" (Al-Jumu'ah [62] : 8)
"Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah kembali(mu)." (Al-Alaq [96] : 8)
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkanya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukanya." (Al-A'raf [5] : 34)
"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (Al-Insyiqâq [84] : 6)
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang selalu kamu lari daripadanya." (Qâf [50] : 19)
"Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya." (Yâsîn [36] : 50]
Sungguh kematian adalah perkara yang menakutkan di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang beriman. Kematian merupakan ketentuan yang sangat berharga untuk bertemu dengan-Nya.
Bagaimana nak merancang kematian? Maksudnya bukanlah kita merancang bagaimana keadaan kematian kita nanti atau lokasi kejadian kematian itu. Ianya lebih kepada persiapan diri kita untuk mengadap pencipta kita. Sepertimana kita dilahirkan sewaktu bayi penuh dengan kebersihan hati, suci dan tanpa noda, kita mahu pulang kepadaNya dengan keadaan yang bagaimana?
Jika kita masih belum tersedar lagi, inilah masanya. Inilah waktunya semasa kita masih lagi mampu menghela nafas. Belum tentu esok milik kita. Sekejap lagi pun belum tentu kita mampu berdiri tegak di bumi Allah. Kematian mampu menjemput pada bila-bila masa. Inilah waktunya untuk kita merancang kematian kita!
Penulis Hilal Asyraf di dalam karyanya Langit Ilahi menyebut, hidup ini tidak lebih hanyalah tempat untuk kita mengumpul bekal. Kematian pula sebenarnya hanyalah satu pintu yang mesti kita lalui, untuk menembusi alam lain bagi bertemu dengan Allah.
Ada satu kata-kata yang masyur :
"Orang yang bijak ialah orang yang merancang kematiannya."
Ungkapan ini bermaksud, orang yang bijak ialah orang yang merancang kematiannya supaya mati dalam kebaikan. Dia tidak akan membiarkan kehidupannya berjalan begitu sahaja tanpa dia berusaha untuk mengisinya dengan kebaikan.
Seorang pujangga berkata :
"Kehidupan ini ibarat musafir yang berteduh sebentar di bawah sebatang pokok, apabila letihnya hilang, dia akan meneruskan perjalanannya."
Hidup ini sebentar, mati itu juga sebentar. Mati lebih sebentar daripada hidup. Tetapi kehidupan selepas mati itulah yang kita bicarakan di sebalik perkataan 'mati' itu. Sebab itulah mati itu dipandang berat. Kematian ada dua jenis :
- Husnul khatimah (penamat yang baik)
- Su'ul khatimah (penamat yang buruk)
Mati secara husnul khatimah, yakni suatu kematian dalam keadaan dia beriman kepada Allah, dengan kehidupannya yang dedikasi mengikuti segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Mati secara su'ul khatimah pula, ialah mati dalam keadaan dia ingkar kepada Allah, dengan kehidupannya yang ingkar kepada perintah Allah, dan melakukan segala apa yang Allah larang.
Kita ni semakin hari usia semakin bertambah. Usia yang bertambah itu bukan lagi tiket untuk kita bersenang-senang di dunia yang sementara ni...
Bertambah usia dalam hitungan manusia, tapi berkurang dalam hitungan Allah azza wa jalla!
Lantas sudah siapkah nanti kita akan di minta pertanggungjawabkan atas apa yang kita pimpin. Suami terhadap anak dan istrinya dan keluarganya. Sudahkah membimbingnya dengan ajaran Islam yang kaffah.
Semoga kita bisa dikuatkan untuk membimbing keluarga kita selalu dekat dengan Allah, dan senantiasa lurus di jalannya, hingga ajal menjemput kita. Ya Allah jadikanlah sisa umur ku menjadi sisa umur yang barokah. Menjauhkan diriku dan keluargaku dari siksa api neraka.
Allah berfirman, “Hai orang - orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, [Q.S. At-Tahrim/66: 6].
Dan apabila datang ajal kita, semoga kita dimatikan dalam keadaan khusnul khatimah, dengan tidak membawa noda kesyirikan sedikit pun di hati kita. Sesungguhnya kematian adalah bukan akhir segalanya. Dua yang akan kau tuju setelah kematian yaitu surga dan neraka. Semoga kita semua membawa hati yang selamat menuju hari di mana kita akan menuai atas segala perbuatan di dunia. “(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang menemui Allah dengan hati yang selamat (selamat dari kesyirikan dan kotoran-kotorannya).” [Q.S. Asy Syu’ara: 88,89]
Bagaimana?
Kalau anda, anda mahu mati yang macam mana?
Hidup itu memang, mati itu pasti.
No comments:
Post a Comment